Selasa, 15 Mei 2012

Dulu Karyawan, Eko Kini Juragan Perhiasan Perak
HEADLINE NEWS  - Menekuni kerajinan desain perhiasan sejak 2011, Eko Filyawan kini sukses meraup omzet tebal dari ceruk usaha ini. Dalam sebulan, omzetnya mencapai Rp 150 juta hingga Rp 200 juta.

Dari omzet tersebut, laba bersih yang didapatkan sekitar 15 persen. "Laba bersih yang saya dapat sekitar Rp 30 juta hingga Rp 40 juta dalam sebulan," kata Eko yang merintis usaha di Gianyar, Bali.

Saat ini, ia fokus memproduksi perhiasan berbahan perak. Ia sebetulnya sudah tidak asing dengan usaha perhiasan perak ini. Di 2009, ia pernah bekerja di sebuah perusahaan perhiasan perak internasional yang membuka lisensi di Indonesia.

Kala itu, Eko menjabat sebagai production planning and inventory control. Dengan jabatannya itu, ia banyak mengetahui berbagai aktivitas produksi perhiasan perak.

Pada tahun 2010, ia pindah bekerja ke perusahaan perhiasan perak lainnya. Di sini, ia menjabat sebagai manager customer relation. Dengan posisinya itu, ia banyak menjalin relasi dan belajar menangani para pelanggan.

Berbekal pengalamannya tersebut, di tahun 2011 Eko mendirikan usaha sendiri bernama Kawan Bali. "Modal awal saya tidak begitu besar, hanya sekitar Rp 30 juta. Soalnya, setiap pemesanan, pembeli akan membayar uang di muka," ujar Eko.

Tak hanya mendesain, ia juga mengawal produksi perak hasil desainnya tersebut hingga sampai ke pelanggannya. Tidak terlalu sulit bagi Eko dalam menjalani usaha ini, karena relasinya sudah kuat.

Selain itu, ia juga memasarkan perhiasan hasil desainnya secara online. Hampir seluruh perhiasan Kawan Bali diproduksi rumahan dengan buatan tangan.

Jika pesanan sedang membeludak, ia terpaksa menggandeng perajin lain. Sebab, kapasitas produksinya masih terbatas. Saat ini, produksi Kawan Bali sekitar 300 hingga 500 buah perhiasan dalam sebulan.

Produk perhiasan itu dibanderol mulai Rp 300.000 hingga Rp 600.000 per buah. Ia mengklaim, perhiasan hasil rancangannya cukup diminati pasar. Selain di dalam negeri, seperti Bali, Bandung, dan Kalimantan, ia juga pernah mendapat pesanan dari Amerika dan Belgia. Kini, ia mengaku tengah menangani pesanan dari Jerman.

Menurut Eko, perhiasannya diminati karena desainnya yang menarik. Selain itu, "Saya juga berusaha membuat desain yang tidak banyak dimiliki orang lain," jelasnya.

Kendati demikian, ia tetap mengupayakan agar dari sisi harga desainnya tidak terlalu mahal dan bisa diproduksi dalam jumlah besar. Hal itu penting untuk mengantisipasi pemesanan dalam jumlah besar.

Dalam perjalanan membesarkan usaha ini, Eko juga pernah mengalami kendala. Misalnya, saat ia mendapat pesanan besar dan menyanggupinya. Namun, ia ternyata kesulitan memenuhi pesanan tersebut, sehingga akhirnya terkena penalti atau denda.

Kendala lain, ia juga pernah ditipu perajin. Ia menceritakan, saat itu mendapat order besar sehingga menggandeng perajin lain. Untuk itu, ia memasok perak ke perajin yang menjadi mitra usahanya sebanyak satu kilogram.  "Eh, malah perak itu dibawa kabur oleh perajin tersebut," ujarnya.

Selasa, 08 Mei 2012

Ketum Kadin Indonesia Jadi Anggota JCI Senate ASEAN
 
 Ketua Umum Kadin Suryo Bambang Sulisto (kanan)
JAKARTA - Ketua Umum Kadin Indonesia Suryo Bambang Sulisto diangkat sebagai anggota Junior Chamber Internasional (JCI) Senate ASEAN. Setelah diangkat, Suryo akan mengunjungi Missouri, Amerika Serikat untuk mempromosikan bisnis ASEAN.
Mantan Presiden Senat Asean untuk Indonesia Yugi Prayanto mengatakan, setiap pelaku usaha memiliki potensi satu sama lain untuk lebih mengembangkan keterampilan berbisnis, atau mengembangkan produk atau jasa perusahaannya di suatu negara, provinsi, bahkan potensi di daerah sekalipun.
"Semua pencapaian itu memerlukan usaha dengan lebih mengeksplorasi dan menggali potensi-potensi agar bisnis lebih bernilai," ujar Yugi .
Yugi berharap, diangkatnya Ketua Umum Kadin sebagai anggota JCI Senate Asean peluang Indonesia untuk berbicara banyak di dunia bisnis internasional melalui pendekatan dan keterlibatan Kadin semakin besar.
"Keterlibatan Kadin dalam JCI Senate Asean akan lebih memperkaya jaringan dan kontak bisnis di wilayah Asean Khususnya, bahkan internasional," tambah dia.
Pengangkatan Ketum Kadin Indonesia ini dilakukan dalam rangkaian kunjungan delegasi JCI Senate Asean ke Indonesia untuk mengeksplorasi peluang-peluang bisnis yang ada di ASEAN termasuk Indonesia sejak 4-8 Mei 2012.
Setelah mengunjungi Kadin, JCI Senate Asean akan bertolak ke Palangkaraya untuk melaksanakan rapat pimpinan yang rutin dilakukan 4 kali dalam setahun di negara yang berbeda, dengan kota yang berbeda pula.

Senin, 07 Mei 2012

Vinsensius Loki, Membawa Kopi Ngada Mendunia
 Vinsensius Loki
HEADLINE NEWS - Kopi arabika Flores Bajawa dari Kabupaten Ngada, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, telah menjadi kopi kelas dunia. Sebelum itu, perjuangan harus dilalui petani untuk mengangkat kualitas kopi Ngada hingga tingkat dunia. Upaya itu tak lepas dari sosok Vinsensius Loki.
Tahun 1999 Vinsensius nekat mengembangkan kopi meski saat itu apa yang dia lakukan ibarat menantang badai. Pasalnya, saat itu adalah masa keemasan vanili di Ngada hingga tahun 2003. Petani meraih keuntungan karena tingginya harga vanili.
”Banyak warga menolak ajakan saya mengembangkan kopi sebab harga biji vanili basah saja Rp 300.000 per kilogram (kg) dan biji vanili kering Rp 1,5 juta per kg. Bahkan, ada petani yang bisa membeli mobil baru dari hasil menjual vanili. Sedangkan harga kopi gelondong merah waktu itu rata-rata dibeli tengkulak Rp 600 per kg dan kopi biji kering Rp 8.000 per kg,” katanya.
Namun, ia berkeyakinan komoditas kopi, khususnya kopi arabika, lebih cocok dikembangkan di kampung halamannya, Desa Beiwali, Kecamatan Bajawa, Ngada, dibandingkan dengan vanili.
Desa Beiwali berada di ketinggian sekitar 1.400 meter di atas permukaan laut. Kondisi ini cocok untuk pengembangan kopi arabika yang bisa tumbuh di daerah ketinggian 900 meter-1.600 meter di atas permukaan laut. Apalagi, warga setempat juga banyak yang memiliki tanaman kopi meski tak dirawat dengan sistem budidaya yang baik sehingga tingkat produksi dan mutunya rendah. Harga kopi pun mudah dipermainkan tengkulak karena petani belum punya kelembagaan yang kuat.
Vinsensius lalu melakukan pendekatan kepada sejumlah warga hingga terkumpul 25 orang yang mau bergabung dengannya. Mereka membentuk Kelompok Tani Penghijauan dan Rehabilitasi Lahan dengan program kerja lima tahun. Dalam kelompok itu dia menjadi ketuanya. Program awal mereka membudidayakan 1.000 pohon kopi per anggota yang dilakukan secara swadaya. Mereka juga mengembangkan pakan ternak seluas 1.000 meter persegi per anggota, dan menanam tanaman kayu lokal.
Mereka bertekad mengembangkan kopi organik sehingga anggota didorong memelihara ternak, seperti sapi, agar kotorannya bisa menjadi pupuk untuk tanaman kopi. Selain ternak itu pun dapat dijadikan alternatif ekonomi petani dalam kondisi sulit. Pengurus kelompok tani itu enam orang, yang terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, seksi peternakan, seksi perkebunan, dan seksi kehutanan. Total lahan kopi yang dimiliki kelompok ini tahun 1999 sekitar 40 hektar.
”Pertimbangan dibentuknya kelompok ini karena kami ingin mendapat bimbingan dan bantuan pemerintah daerah. Ini penting agar petani kopi bisa maju. Waktu itu syaratnya harus ada kelompok tani secara kelembagaan, program kerja, rapat bulanan, dan evaluasi tahunan,” katanya.
Berbuah dan ekspor
Tahun 2002 atau tiga tahun kemudian, pohon kopi mereka mulai berbuah. Ketika itu, harga vanili mulai turun, bahkan pada 2003 harga vanili di Ngada terpuruk. Harga biji vanili kering Rp 4.500 per kg, sedangkan biji vanili basah Rp 2.500 per kg.
Tahun 2002 Vinsensius mengajukan proposal pemberdayaan kelompok kepada DPRD setempat. Proposal mereka disetujui, dan pengurus kelompok ini pun mendapat pendidikan dan pelatihan dari Dinas Pertanian Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Ngada. Mereka antara lain belajar tentang kepemimpinan sampai manajemen keuangan.
Tahun 2003 mereka dikukuhkan menjadi kelompok tani produktif. Pada tahun 2004 Dinas Pertanian Provinsi Nusa Tenggara Timur bekerja sama dengan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (PPKKI) memberikan pelatihan dan pendampingan. Tujuannya, agar kelompok ini dapat meningkatkan produksi dan mengolah kopi bermutu yang berorientasi pasar nasional maupun internasional.
Tahun 2005, untuk pertama kali di Ngada dibentuk Unit Pengolahan Hasil (UPH) kopi bernama UPH Kopi Arabika Flores Bajawa (AFB) Fa Masa. Di sini Vinsensius pun menjadi ketua. PPKKI lalu melakukan uji laboratorium. Hasilnya, mutu fisik kopi UPH AFB Fa Masa berkategori mutu 1 dan diminati pembeli dari Amerika Serikat (AS). Jadilah tujuh ton kopi UPH AFB Fa Masa diekspor ke AS.
Jumlah ekspor itu masih jauh dari permintaan AS sebanyak 1.000 ton per tahun. PPKKI lalu merekomendasikan dibentuknya lebih banyak UPH. Maka, tahun 2011 terbentuk 14 UPH kopi. Sampai tahun 2011, ekspor kopi ke AS rata-rata baru terpenuhi sekitar 300 ton per tahun.
Geografis menunjang
Dari sembilan kecamatan di Ngada, hanya dua yang menghasilkan kopi AFB karena faktor geografisnya menunjang, yakni Kecamatan Bajawa dan Kecamatan Golewa. Harga kopi arabika di Ngada pun meningkat dan menguntungkan petani. Tahun 2011 harga gelondong merah (buah kopi masak dipetik dari pohon) yang dijual petani ke UPH sekitar Rp 6.000 per kg, dan kopi biji kering yang dijual ke eksportir Rp 51.000 per kg.
”Dalam satu musim, petani bisa berpenghasilan Rp 20 juta,” kata Vinsensius, yang anggota kelompoknya kini 151 orang. Areal kebun di Beiwali pun menjadi 167 hektar.
UPH AFB Fa Masa pun berkembang. Tahun 2007 dibentuk Koperasi Serba Usaha Fa Masa. Dalam lima tahun, aset koperasi itu sekitar Rp 2 miliar.
Ia terus berinovasi. Gelondong kopi sortiran yang tak memenuhi standar kualitas eksportir diolah menjadi kopi bubuk. Kopi ini lalu dipasarkan ke luar Nusa Tenggara Timur, bahkan sampai Filipina. Selain itu, sejak tahun 2002, kelompoknya juga mempersiapkan lahan seluas sembilan hektar untuk mengembangkan kakao.
”Penanaman kakao dimaksudkan sebagai alternatif pendapatan sebab masa panen dan pengolahan kopi itu antara Mei dan Oktober. Di luar masa itu, kakao diharapkan dapat memberi penghasilan bagi petani. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia juga menjamin akan menyerap produksi kakao kami,” tutur Vinsensius yang memiliki 500 pohon kakao.

Minggu, 06 Mei 2012

Umar Sulap Eceng Gondok Citarum Jadi Perabot
 
Umar (50), warga Desa Kutamanah, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, mengolah eceng gondok menjadi meja dan kursi. Hari Minggu (6/5/2012), Umar sedang duduk di atas kursi buatannya.
PURWAKARTA- Usaha yang dirintis Umar (50), warga Desa Kutamanah, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, layak jadi alternatif mengatasi meledaknya populasi eceng gondok di aliran Sungai Citarum. Berbekal ketekunan dan keterampilan, tanaman liar itu bisa disulap jadi meja dan kursi.
Usaha Umar tergolong baru. Setelah menerima pelatihan dari Perum Jasa Tirta (PJT) II tahun 2010, Umar dan beberapa warga Kecamatan Sukasari, kecamatan di seberang Waduk Ir H Djuanda Jatiluhur, membuka usaha pembuatan meja dan kursi berbahan baku eceng gondok. Meski masih relatif kecil, usaha itu bertahan hingga kini.
"Bahan baku eceng gondok sangat melimpah, banyak lokasi di aliran Sungai Citarum ditumbuhi tanaman liar itu. Saya membeli eceng gondok kering dari warga di sekitar Bendung Curug di Desa Mulyasejati, Kecamatan Ciampel, Kabupaten Karawang. Namun, lokasi tumbuhnya eceng gondok sebenarnya ada di mana-mana dan itu bisa dimanfaatkan," kata Umar.
Umar kini mengolah sekitar 250 kilogram eceng gondok kering per bulan. Dari bahan baku sebanyak itu, Umar bisa membuat 2-3 set meja dan kursi tamu yang dia jual Rp 2,5 juta per set.
Sambil keliling mengikuti pameran-pameran, Umar dan beberapa perajin di desanya terus memproduksi meja-kursi eceng gondok. Perajin lain tersebar di beberapa desa di Kecamatan Sukasari, yakni Ciririp, Kertamanah, dan Parungbanteng.
Desa-desa itu selama ini terisolasi akibat buruknya kondisi jalan. Akibatnya, mobilitas warga lebih sering mengandalkan moda transportasi air melalui Waduk Ir H Djuanda.
Eceng gondok menjadi persoalan tersediri bagi Citarum. Tanaman itu tumbuh subur di beberapa sudut aliran. Tak jarang keberadaannya menghambat aliran dan menutup saluran air di pintu-pintu pembagi, seperti kerap terlihat di Bendung Curug dan Bendung Walahar.

Senin, 30 April 2012

CEO Matahari, Ritel Sangat Berprospek
Benjamin Mailool (tengah) 
MEDIA INFORMASI - Sebagai ”chief executive officer” sebuah raksasa ritel di Indonesia, Benyamin Mailool tentu sangat sibuk memegang kendali perusahaan. Namun, di balik kesibukan itu, ia sangat langkas berkeliling ke semua toko Matahari Department Store. Ia percaya kepada anak buahnya, percaya pada sistem yang sudah berjalan baik, tetapi ia pun tergugah untuk senantiasa melihat langsung pekerjaan-pekerjaan di lapangan.

Ketika berada di lapangan pun, Benyamin suka datang diam-diam. Ia kerap tampak berkeriapan dengan para pengunjung. Dari sini ia merasa bisa mengambil jarak dan dari jarak itulah ia melihat sisi terang dan buram dari sebuah toko.

Benyamin (50) pun rajin membaca dan menyelisik keadaan pasar agar ia dapat mengemudikan Matahari Putra Prima Tbk dalam posisi yang sangat baik. Perkembangan terkini pun dapat ia serap dengan leluasa. Ayah dua anak ini terbiasa berbicara dalam langgam kalem. Jarang terdengar ia berbicara dalam nada tinggi. Ia memiliki gaya kepemimpinan yang kuat.

Berikut wawancara dengan penyuka jogging dan berenang ini, di Jakarta, Minggu (29/4/2012).

Beberapa tahun terakhir, bisnis ritel lebih bergairah dan pelakunya lebih berani ekspansi. Apakah ini sinyal positif bisnis ritel?

Bisnis ritel memang tumbuh subur, dan tentu ini sungguh merupakan sinyal positif. Suburnya pertumbuhan ini di antaranya ditopang beberapa hal, di antaranya, situasi politik dan ekonomi dalam negeri yang nyaman, penduduk Indonesia nomor empat terbesar di dunia sehingga potensi pasar sangat besar. Lalu kita pun tahu golongan menengah tumbuh signifikan. Ada pula perubahan gaya hidup masyarakat yang mengarah pada gaya hidup ke ritel modern.

Di sisi lain, ekspansi ke daerah-daerah terus berlangsung. Maklum, konsentrasi ritel modern masih di Pulau Jawa (65 persen). Lalu, ada data yang mengungkapkan bahwa di Indonesia, satu juta jiwa penduduk dilayani 40 ritel modern. Sebagai perbandingan, di Singapura, satu juta penduduk dilayani 150 ritel modern.

Begitulah, ritel masih sangat berprospek, pasar masih terbuka amat lebar, terutama di daerah-daerah, termasuk kantong-kantong dengan sumber daya alam berlimpah. Sekarang total department store mencapai 104 toko dan hypermart mencapai 75 toko.

Ada suara beberapa ritel asing akan masuk Indonesia?

Memang berembus informasi sejumlah ritel asing hendak masuk Indonesia, di antaranya peritel dari Thailand dan Jerman. Belakangan, ada kabar peritel raksasa Amerika Serikat berkeinginan pula masuk Indonesia.

Bagi saya, Indonesia mesti menyiapkan diri sebaik-baiknya menghadapi era ini. Kalau tidak bersiap, Indonesia akan menjadi penonton saja. Kami sendiri menyiapkan diri dengan baik, misalnya dengan memperbaiki sistem, jaringan, kesiapan sumber daya manusia, alih teknologi, dan sebagainya.

Matahari sendiri menyiapkan diri dengan saksama, di antaranya dengan lebih kuat memasarkan produk-produk dalam negeri. Pasalnya, banyak jenis produk dalam negeri kita yang sungguh tidak kalah dengan produk luar negeri.

Kini, menurut hitungan kami, terdapat 90 persen lebih produk yang kami lepas ke pasar adalah produk lokal. Intinya, kami hendak memberi panggung kepada produsen dalam negeri agar elan mereka tumbuh subur, dan mutunya makin tinggi. Kami pun memberi perhatian ekstra pada usaha kecil dan menengah (UKM). Kami beri mereka panggung atau areal khusus UKM. Kami bina UKM dari banyak aspek, di antaranya dari segi pengemasan, penyaluran produk, memberi insentif dan award kepada yang berprestasi.

Ritel adalah bisnis dengan margin amat tipis. Apa yang dilakukan Matahari agar efisien?
Kami mampu bekerja efisien, di antaranya karena jam terbang, infrastruktur yang terjaga, armada yang komplet, cabang di banyak kota besar di Indonesia, jaringan yang lengkap serta sistem distribusi yang efektif. Namun, kami tidak puas hanya sampai di situ. Kami terus berbuat untuk meraih puncak efisiensi.

Soal lain, bagaimana Anda mengajarkan kebajikan kepada para staf?
Saya suka bercakap-cakap dengan para staf. Saya sampaikan bahwa apa yang kita peroleh adalah kepercayaan dari Tuhan. Kepercayaan itu diemban dengan penuh tanggung jawab sebab tidak selamanya kita diberi kepercayaan. Menjalankan kepercayaan dengan baik sama dengan menghargai yang memberikan kepercayaan.

Soal integritas staf?
Akh, itu juga menjadi prioritas kami di sini. Kami tekankan sebuah kultur dan pola hidup yang menjunjung tinggi integritas, memelihara sikap-sikap baik. Ini perlu ditegaskan sebab godaan yang menghampiri para staf amat keras. Siapa yang tidak tahan godaan akan jatuh terjerembab.

Penekanan pada spiritual, integritas, dan memelihara sikap-sikap baik akan menghasilkan sumber daya manusia sangat bermutu. Ini pada ujungnya akan membuat kinerja Matahari Putra Prima sangat cemerlang.

Sabtu, 28 April 2012

Dahlan Iskan Jadi Konsultan Karier
Di hadapan pengunjung Kompas Karier Fair 2012, Sabtu (28/4/2012), Dahlan Iskan mengaku pernah gagal beberapa kali berbisnis, sebelum akhirnya sukses menjadi pengusaha. 

JAKARTA — Pada ajang Kompas Karier Fair 2012 yang berlangsung di Balai Kartini, Jakarta, Sabtu (28/4/2012), Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan bertindak layaknya konsultan karier. Dalam durasi waktu sekitar 20 menit, ia memanggil sejumlah peserta pameran ke atas panggung dan menjawab pertanyaan yang diajukan para peserta tersebut.

Seorang peserta pria menyampaikan rencananya untuk membuka usaha di bidang kuliner kepada Dahlan. Lantas, Dahlan bertanya detail usaha yang mau ditekuninya. "Saya mengincarkan bisnis food and beverages, saya punya mimpi berdagang nasi uduk," sebut peserta pria itu kepada Dahlan di atas panggung dalam sesi talkshow KKF 2012, di Balai Kartini, Sabtu.

Terhadap harapan peserta tersebut, Dahlan pun memberikan wejangan. Ia tidak menganggap mimpi peserta itu sebagai hal yang sepele. Wirausaha adalah hal yang mesti didukung. Bahkan, Dahlan menyebutkan akan menutup sejumlah BUMN karena omzetnya setara dengan pedagang bakso di Blok S, Jakarta. "Ayolah, please. Tolong mulai. Bagaimana? Tolong mulai," kata Dahlan terlihat memohon kepada peserta tersebut dan disambut gelak tawa para pengunjung pameran.

"Tapi saya harus menjual motor saya, Pak," jawab peserta pria itu menanggapi permintaan Dahlan. Namun, ia akhirnya berjanji akan memulai usaha tersebut. "Saya jadi pembeli pertama nanti," ucap Dahlan.
Secara keseluruhan, Dahlan memberikan nasihat kepada peserta pameran bahwa dalam berbisnis tidak ada pelajaran, pendidikan, dan literaturnya. Bisnis baginya seperti belajar naik sepeda. "Bisnis itu seperti naik sepeda. Apa ada kursus naik sepeda, atau S-1 (sarjana) naik sepeda, dan sertifikat naik sepeda," kata dia.
Belajar naik sepeda, lanjut dia, dimulai dari dituntun atau memegang sesuatu, kemudian memakai roda tiga. Terjatuh dalam belajar naik sepeda adalah hal yang wajar. "Lalu ada yang jatuh, kapok, dan tidak mau naik sepeda? Tidak ada," tegasnya. "Jadi lakukanlah seperti itu (belajar naik sepeda)," pungkas Dahlan.

Rabu, 25 April 2012

Hadiri Inacraft, Dahlan Pakai Batik
 Dahlan Iskan

JAKARTA — Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan menghadiri acara pembukaan Inacraft 2012 di Balai Sidang, Jakarta, dengan menggunakan kemeja batik lengan panjang. Ini merupakan hal yang tidak biasa mengingat biasanya Dahlan menggunakan kemeja putih lengan panjang.
"Tadi Pak Dahlan tanya, pakai batik atau kemeja biasa ya? Terus saya bilang ya pakai batik, Pak, kan resmi, supaya bareng," sebut Abdul Aziz, Staf Khusus Menteri BUMN, di sela-sela pembukaan Inacraft 2012, Jakarta, Rabu (25/4/2012).
Namun, menurut pemantauan wartawan di tempat acara, kemeja batik yang dipakai Dahlan bukan merupakan seragam batik yang dipakai panitia, yakni batik berwana merah corak Kalimantan. Kemeja batik yang dipakai Dahlan adalah kemeja batik lengan panjang berwarna dominan coklat. Tetapi, kata Abdul, Dahlan tetap menggunakan sepatu cats atau sepatu olahraga. "Ya memang kalau batik, kenapa," tambah Staf Khusus Menteri BUMN, Budi Rahman Hakim.
Untuk diketahui saja, acara pembukaan Inacraft 2012 dihadiri oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono beserta sejumlah menteri Kabinet Indonesia Bersatu II. Seusai acara, rombongan Presiden dan Menteri mengunjungi stan-stan di tempat pameran. Namun, Dahlan memilih untuk meninggalkan tempat acara. "Pak Dahlan sudah pergi lewat belakang," tambah Budi.